“Bang sawinya berapa harganya?”, Ujar seorang wanita berkerudung cokelat kepada seorang tukang sayur keliling.
”Rp 2.000 neng”, Jawab si tukang sayur singkat.
“Rp 1.000 aja bisa ngga?”, tanyanya lagi seraya gadis itu memilih-milih sayuran.
“Bisa neng” jawabnya lagi.
Itu percakapan yang aku tangkap pagi ini ketika menemani saudaraku
berbelanja sayuran. Ia bernama Iis. Seorang karyawati di PT Sanyo Jaya
Components. Hari ini ia tidak masuk kerja karena migrain di kepalanya.
Sebenarnya Ia hanya ingin membeli sawi saja. Sawi itu akan menjadi
bahan campuran membuat mie untuk sarapan pagi ini. “Sekalian beli jagung
juga buat bikin jasuke” ujarnya sebelum menghampiri tukang sayur
keliling yang menggunakan gerobak.
Jasuke adalah singkatan dari jagung susu keju. Entah dari mana asal
muasal kata jasuke itu sendiri. Jasuke sejenis makanan yang banyak
ditemukan di sekolah-sekolah. Tidak sulit untuk membuat makanan yang
murah dan lezat itu. Hanya dengan merebus jagung, ketika jagung sudah
matang tambahkan susu dan parutan kejua diatasnya. Selamat mencoba.
Setelah mendapatkan sawi hijau segar dengan harga Rp. 1000, Ia juga
menanyakan harga jagung manis yang terlihat montok-montok sekali. Ketika
wanita berusia 21 tahun ini memilih-milih jagung, tiba-tiba aku
teringat tentang bawang. Bukan karena aku ingin membeli bawang atau
karena ingin memasak dengan bawang. Jujur saja aku belum pandai memasak.
Aku teringat bawang karena bawang sedang naik daun saat ini. Bak
selebritis yang diperbincangkan sana-sini.
Hampir semua stasiun TV memberitakan tentang harga bawang yang
melonjak tinggi. Entah mengapa harga bawang sekilo bisa melampaui harga
daging. Kalau begitu lebih baik kita membeli daging tapi masaknya tidak
usah pakai bawang. Pasti rasanya hambar.
Saya pun langsung menanyakan bawang tersebut kepada si tukang sayur
yang saat itu memakai topi berwarna biru dan berbaju hitam dengan
sedikit gambar berwarna putih.
“Bang ada bawang?”, Ujarku yang saat itu masih menggunakan baju tidur berwarna cokelat muda.
“Tuh ada Neng”, Jawab si tukang sayur yang berkumis tidak terlalu tebal
itu sambil menunjuk ke arah bawang yang sudah terbungkus rapi.
“Kirain ngga ada Bang. Kan bawang lagi naik tuh harganya. Berapa sih sekilo?”, Tanyaku lagi dengan nada penasaran.
“Sekilonya Rp. 55.000”
“Bukannya Rp 75.000?”
“Kalau bawang merah 55.000 yang 75.000 itu bawang putih”
“Laku Bang?”
“Laku Neng”
“Kirain ibu-ibu masaknya ngga pakai bawang” tutup saya diiringin tawa. Tukang sayur itu pun ikut tertawa.
Iis mengeluarkan selembar Rp. 5.000 dan Rp. 2.000 untuk membayar sawi
hijau dan jagung manis yang kami beli. Total belanja kami hanya Rp.
6.000, jadi si tukang sayur mengembalikan uang kami Rp.1000. Lalu si
tukang sayurpun melenggang pergi dengan mendorong gerobaknya.
0 komentar